MAKNA SIMBOLIK ISI SESAJEN DALAM KESENIAN KUDA LUMPING "KUDA BHIRAWA" DI DESA TEKOREJO KECAMATAN BUAY MADANG TIMUR KABUPATEN OKU TIMUR
Abstract
Sesajen dalam kesenian kuda lumping dianggap negatif oleh sebagian besar masyarakat, mereka menganggap sesajen tersebut sebagai media untuk memanggil mahluk halus untuk merasuki penari kuda lumping. Kerasukan dalam kesenian kuda lumping terjadi dianggap karena disebabkan oleh sesajen kuda lumping tersebut, akibat anggapan masyarakat yang menilai mistis dan negatif menjadikan masyarakat mulai meninggalkan bahkan menghilangkan budaya tersebut tanpa mengetahui makna sesajen yang sesungguhnya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui makna simbolik isi sesajen dalam kesenian kuda lumping “Kuda Bhirawa” di desa Tekorejo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teori Semiotika Roland Barthes yang memiliki tiga elemen yaitu Denotasi, Konotasi, dan Mitos. Hasil penelitian ini menunjukan adanya komunikasi non verbal pada kesenian kuda lumping “Kuda Bhirawa” berupa gerak tubuh dan parabahasa. Kemudian terdapat juga makna simbolik yang ada di dalam isian sesajen seperti, ayam ingkung, beras kuning, pisang raja, kemenyan, cok bakal, parem, buceng, kelapa, air kembang, dan kopi, teh, air minum.